Aku sekarat!
Kali ini aku benar-benar sekarat Tuhan. Kumohon buang hilangkan rasa ini dalam hatiku. Begitu besar sampai begitu sesak terasa. Aku tak sanggup bila harus pergi menghilang. Tapi aku juga tak sanggup bahkan untuk melihat matanya. Aku harus bagaimana Tuhan?
Minggu, 07 Desember 2014
Aku Sekarat Tuhan

Desember
Maka aku akan serupa hujan di bulan desember.
Datang di penghujung waktu.
Menyambut dengan syahdu.
Sekarang biarkan semua berlalu.
Hilang. Mengabu.
Aku tahu kamu tahu bahwa cinta kita tak laku.
Biarkan saja berlalu.
Jika rindu datang maka lihatlah langit.
Telah ku titip doa-doa ku untukmu pada pemilik jagad raya.
Bukan tak ingin menjadi pelangi yang setia menunggu hujan reda.
Tapi aku masih ingin berlama-lama dengan hujan.
Jadi biarkan aku.
Marahlah. Bencilah.
Hatiku lebih tahu bahwa cintaku tak tertakar untukmu.

Sabtu, 06 Desember 2014
Denting Hati
Malam gelap menyambut tanpa ada guratan sinar bulan.
Sepertinya sang purnama tak hadir lagi malam ini.
Mungkin matahari tak lagi mau berbagi sinarnya.
Mawar merah hampir layu dalam toples bekas.
Tak terawat tak tersentuh.
Sang hati tak kuat menahan cinta yang begitu besar.
Tak tertakar lagi.
Bertubi-tubi sesak menyesaki peparu.
Bahkan selimut pun tak terasa hangat di kulit.
Pikir tak karuan mengingat sebuah keraguan atau mungkin kebingungan.
Menjelma sosok berbayang dengan senyum yang terbawa dalam mimpi.
Bagaimana mungkin rindu begitu terasa saat hati mulai mati rasa.
Pergi saja. Menghilang. Bukankah lebih baik begitu.
Saling mencintai dan saling menyakiti dalam waktu bersamaan bagaimana bisa?
Lelah sudah sepertinya menyerah.
Aku pergi.
Jangan datang dengan setangkai mawar lagi jika kau hanya membuatnya layu ditanganku.

Senin, 01 Desember 2014
Surat cinta untuk wanitaku
Malam ini tepat empat Oktober dua ribu empat belas, tidak ada yang istimewa hanya guratan lengkung bibir ke bawah yang terlihat. Hampir setengah tahun berdiam dalam dunia yang tak aku kenal, berjalan kesana kesini tanpa membawa sekantong plastik pun bahagia. Berteriak dalam hati, “Seseorang, adakah yang bisa membawaku pergi dari sini”. Menghilang mengabu terbang bebas aku ingin pergi dari sini!
Mereka bilang tak ada yang lebih indah dari rumah. Mereka bilang rumahku syurgaku. Tapi bukankah rumah adalah tempat pulang? Aku hanya ingin menjadikannya tempat pulang melepas rindu yang menahun. Bukan menghabiskan terlalu banyak waktu disini.
Kau tahu kan aku punya banyak mimpi. Aku ingin membangunkannya satu persatu. Membingkainya dalam kesuksesan disertai sebuah senyuman manis tanpa pemanis buatan. Percayalah bu, aku tak pernah bermaksud memaksa atau berniat menyusahkanmu. Aku tahu ada banyak ragu dalam wajah sendumu, tapi biarkanlah gadis kecilmu yang sudah tak lucu ini pergi sejenak, menantang masa depan mendekat. Pun walau aku tidak tahu mengapa hati begitu kuat bertutur ingin pergi. Percayalah bu, hatiku begitu merasai dengan pergi kesana aku merasa lebih dekat dengan bahagia.
Empat tahun yang lalu dengan jarak tempuh 4 jam diam dalam satu ruang berukuran 4x3 dengan sebuah kamar mandi di dalamnya dan sebuah tempat jemuran di halaman belakang, aku hampir mati menahan rindu padamu bu, tapi sekarang berbeda. Aku sudah dua puluh satu tahun bu. Aku ingin memulai hal yang baru dengan semua rasa penasaran dan hasrat yang membuncah di dalam dada. Kumohon bu, izinkan aku pergi bersama cita-citaku. Suatu saat nanti aku akan membuatmu bangga dan tak menyesali telah melepasku pergi. Aku pastikan itu!
Untuk seorang wanita yang tak pernah lelah berdoa untuk bahagiaku.
Dari seorang anak yang selalu merepotkanmu.
I LOVE YOU!

Kamis, 30 Oktober 2014
Rindu
Mengulang-ngulang rima tentangmu adalah hal yang kusuka selayaknya anak kecil yang mendamba sebatang cokelat atau sebungkus es krim dengan semua cita rasa manisnya. Aku riuh dalam kelu penuh rindu akan sapaan lembut atau belaian halus yang tak pernah sampai kulit. Semua hal tentangmu adalah selalu membahagiakan bukan hanya sebatas gembira tapi aku sangat gembira. Setiap malam dalam balutan hujan dan mendung aku selalu jatuh suka dengan setiap aroma wangi kasihmu. Kau tak pernah tau betapa kau selalu menjadi pemeran utama dalam setiap tulisanku. Menulis tentangmu seperti menghadirkan sosokmu dalam bentuk lain, menumpahkan segala asa yang penuh tersimpan di dada atau setidaknya memaksa khayal dalam kepala mengeluarkan semua imaji tentangmu. Melodi cinta kita selaksa bintang kejora yang menjadi utama dalam lagu anak-anak. Kau adalah bukti nyata sebuah asa tentang ketulusan. Aku jatuh cinta!

Teruntuk sang pemilik senyum melankolis
Teruntuk kau sang pemilik senyum melankolis,
Aku tahu ada banyak kesakitan dalam tiap nafas hidup seorang kamu. Berjalan dalam ketidakdamian akan sebuah cinta dari masih belum bisa berjalan. Kau selalu meraba sebuah bola bahagia tentang senyum tulus atau sekedar sapaan halus juga sebuah pelukan manis yang menenangkan. Aku tahu!
Setiap hari bertetesan darah dalam hati juga rintih tentang asa yang tak pernah mereka dengar. Berpeganganlah padaku sayang, aku berdiri tegak untukmu. Kau tahu melihat setiap tetes hujan dari mata sendumu adalah hal yang melukai. Aku seperti ingin mati duluan. Kau selalu mencari sebuah tenang lewat bahagia dunia yang menipu, oh bukan tapi kau yang sedang menipu dirimu sendiri. Ingatkah kau tentang sebuah percakapan kecil janji berjalan lurus tanpa menengok lagi ke belakang? Kau berujar bahwa seisi dunia melihatmu sebagai makhluk mengerikan, tak berupa manusia. Aku pikir aku tak pernah bisa mencapai titik dimana menjadi sebuah asa untuk kau gapai atau layaknya seorang peri yang membawa tongkat berpalakan bintang berbinar yang berkata “abrakadabra”. Nyatanya memang aku hanyalah manusia sekecil ini yang menyimpan rasa berbentuk cinta yang kusuguhkan tulus untukmu. Kau bagaikan pangeran tampan berkuda putih berhati malaikat bagiku, tak sadarkah kau? Atau kah aku yang terlalu munafik untuk berkata-kata? Ah kau tahu kan bibirku selalu kelu saat kita bertemu. Layaknya aku mencintai hujan dengan segala keromantisan yang ia bawa, begitupun aku mencintaimu. Bahkan jika aku mencintai hujan setiap ia turun aku lebih mencintaimu daripada itu. Kau tau sayang, hujan adalah tempatku bercerita tentang malam-malam sepi tanpamu. Atau sekedar penyejuk hati yang mulai gersang tanpa pernah melihatmu. Kau nyata tapi tak berbayang. Kau ada tapi tak tergapai. Entah sampai kapan aku dan kamu slaing mencintai dalam diam. Menggenggam tanganmu sungguh aku ingin. Berjalan menyisiri pinggir pantai berdua aku ingin menunjukkan padamu hal terindah setelah hujan di dunia ini. Senja. Sayang, senja bnyak berceloteh tentang arti sebuah hidup. Sebuah harapan tentang masa depan. Dia bahkan tak selalu muncul setiap hari. Hidupya pun hanya beberapa menit saja. Tapi taukah kau sayang, dia tak pernah lelah untuk terus berbinar memancarkan cahaya jingganya di langit dunia. Karena ia tahu bahwa Tuhan akan selalu memberikan harapan untuk esok kembali bersinar. Tenggelam bukan berarti hilang kan? Kau tahu itu. Aku tahu dunia ini begitu mengerikan. Tapi sekali lagi ingin kuwarkan padamu sebuah harapan. Maukah kau berjalan berdua denganku menyongsong hidup serupa syurga dalam bautan cinta padaNya? Aku menantimu.
30 October 2014.

Selasa, 28 Oktober 2014
Sebuah Cerita Kita
Sebuah kisah berceritera tentang aku dan kamu yang berulang kali menjadi kita atau yang pada akhirnya menjadi kita. Aku lupa jelasnya, tapi yang aku tahu sekarang aku dan kamu menjadi kita. Tentang kamu akan selalu jadi hal yang paling tidak bisa aku mengerti dalam kepalaku, tapi selalu aku yakini dalam hati. Seperti yang pernah aku bilang kamu hampir tidak pernah berkata-kata manis nan romantis atau sekedar bicara soal rasa yang bernama cinta. Tapi hatiku merasai dengan pasti itu cinta.
Kisahku dan kamu bermula dari masih putih abu-abu tak terucap atas nama cinta namun terus berbunga dan berbunga. Mereka bilang kita tak pernah bercanda atau saling raba. Atau sekedar berjalan berdua. Menikmati setiap jengkal rasa dalam asa berupa diam. Selalu begitu. Imaji tentangmu menjadi hobi di tiap khayal tentang sebuah perjumpaan yang selalu hanya jadi sebuah niskala. Tapi aku jatuh suka!
Meskipun kita tidak lagi memandang gugusan awan yang sama, terpisah ribuan kilometer dan milyaran molekul samudera. Aku tetap jatuh suka!
Tak perlu ada yang aku takutkan, kehilanganmu jauh dari pikiran. Karena jika satu hari kamu tidak muncul, kamu tidak pernah pergi terlalu jauh. Semakin kamu tidak ada, semakin aku yakin kamu tidak pergi kemana-mana.
Jika kamu hadir setiap waktu, aku malah takut kamu akan pergi suatu hari dan tidak akan kembali lagi.
Kita menikmati apa adanya kita tanpa menuntut terlalu banyak, tanpa menyembunyikan apa-apa tentang hal-hal yang tak kita ceritakan pada semua orang. Tanpa sadar kita membangun dunia sendiri di bawah permukaan dunia yang kita sama-sama kenal. Hanya berdua saja.
