Malam ini tepat empat Oktober dua ribu empat belas, tidak ada yang istimewa hanya guratan lengkung bibir ke bawah yang terlihat. Hampir setengah tahun berdiam dalam dunia yang tak aku kenal, berjalan kesana kesini tanpa membawa sekantong plastik pun bahagia. Berteriak dalam hati, “Seseorang, adakah yang bisa membawaku pergi dari sini”. Menghilang mengabu terbang bebas aku ingin pergi dari sini!
Mereka bilang tak ada yang lebih indah dari rumah. Mereka bilang rumahku syurgaku. Tapi bukankah rumah adalah tempat pulang? Aku hanya ingin menjadikannya tempat pulang melepas rindu yang menahun. Bukan menghabiskan terlalu banyak waktu disini.
Kau tahu kan aku punya banyak mimpi. Aku ingin membangunkannya satu persatu. Membingkainya dalam kesuksesan disertai sebuah senyuman manis tanpa pemanis buatan. Percayalah bu, aku tak pernah bermaksud memaksa atau berniat menyusahkanmu. Aku tahu ada banyak ragu dalam wajah sendumu, tapi biarkanlah gadis kecilmu yang sudah tak lucu ini pergi sejenak, menantang masa depan mendekat. Pun walau aku tidak tahu mengapa hati begitu kuat bertutur ingin pergi. Percayalah bu, hatiku begitu merasai dengan pergi kesana aku merasa lebih dekat dengan bahagia.
Empat tahun yang lalu dengan jarak tempuh 4 jam diam dalam satu ruang berukuran 4x3 dengan sebuah kamar mandi di dalamnya dan sebuah tempat jemuran di halaman belakang, aku hampir mati menahan rindu padamu bu, tapi sekarang berbeda. Aku sudah dua puluh satu tahun bu. Aku ingin memulai hal yang baru dengan semua rasa penasaran dan hasrat yang membuncah di dalam dada. Kumohon bu, izinkan aku pergi bersama cita-citaku. Suatu saat nanti aku akan membuatmu bangga dan tak menyesali telah melepasku pergi. Aku pastikan itu!
Untuk seorang wanita yang tak pernah lelah berdoa untuk bahagiaku.
Dari seorang anak yang selalu merepotkanmu.
I LOVE YOU!
Read more...